Rabu, 05 Maret 2008

BUDIDAYA IKAN BELUT ( Synbranchus )
1. SEJARAH SINGKAT Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka memakan anak-anak ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di sawah-sawah, di rawa-rawa/lumpur dan di kali- kali kecil. Di Indonesia sejak tahun 1979, belut mulai dikenal dan digemari, hingga saat ini belut banyak dibudidayakan dan menjadi salah satu komoditas ekspor.
2. SENTRA PERIKANAN Sentra perikanan belut Internasional terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong, Perancis dan Malaysia. Sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia berada di daerah Yogyakarta dan di daerah Jawa Barat. Di daerah lainnya baru merupakan tempat penampungan belut- belut tangkapan dari alam atau sebagai pos penampungan.
3. JENIS Klasifikasi belut adalah sebagai berikut: Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei Ordo : Synbranchoidae Famili : Synbranchidae Genus : Synbranchus Species : Synbranchus bengalensis Mc clell (belut rawa); Monopterus albus Zuieuw (belut sawah); Macrotema caligans Cant (belut kali/laut) Jadi jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belut kali/laut. Namun demikian jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belut sawah.
4. MANFAAT Manfaat dari budidaya belut adalah:
1) Sebagai penyediaan sumber protein hewani.
2) Sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
3) Sebagai obat penambah darah.
5. PERSYARATAN LOKASI
1) Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
2) Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.
3) Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25-31 derajat C.
4) Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan osigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm. Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya ikan belut harus dibedakan antara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam pendederan (untuk benih belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk belut ukuran 3-5 cm) dan kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi 2 tahapan yang masing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk pemeliharaan belut ukuran 5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm dan untuk pemeliharan belut dengan ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-40 cm.
2) Bangunan jenis-jenis kolam belut secara umum relatif sama hanya dibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri.
3) Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m2. Untuk kolam pendederan (ukuran belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m2. Untuk kolam belut remaja (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m2. Dan untuk kolam belut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/ m2. Serta kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) daya tampungnya 50 ekor/m2, hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran 3-50 cm.
4) Pembuatan kolam belut dengan bahan bak dinding tembok/disemen dan dasar bak tidak perlu diplester.
5) Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air yang selalu ada, alat penangkapan yang diperlukan, ember plastik dan peralatan- peralatan lainnya.
6) Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk kandang, sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosong untuk lapisan pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya ditimbun dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun dengan ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan organik selesai dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm), berulah air dialirkan kedalam kolam secara perlahan- lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik + air). Dengan demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut dibiarkan beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah. Setelah itu belut- belut diluncurkan ke dalam kolam.
6.2. Penyiapan Bibit
1) Menyiapkan Bibit a. Anak belut yang sudah siap dipelihara secara intensif adalah yang berukuran 5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulan dalam 2 tahapan dengan masing-masing tahapannya selama 2 bulan. b. Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa juga bibit diperoleh dari sarang-sarang bibit yang ada di alam. c. Pemilihan bibit bisa diperoleh dari kolam peternakan atau pemijahan. Biasanya belut yang dipijahkan 40± 30 cm dan belut jantan berukuran ±adalah belut betina berukuran cm. d. Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas satu ekor pejantan dengan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 m2. Waktu pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru telur- telur ikan belut menetas. Dan setelah menetas umur 5-8 hari dengan ukuran anak belut berkisar 1,5-2,5 cm. Dalam ukuran ini belut segera diambil untuk ditempatkan di kolam pendederan calon benih/calon bibit. Anak belut dengan ukuran sedemikian tersebut diatas segera ditempatkan di kolam 1 (satu) bulan sampai anak belut±pendederan calon bibit selama tersebut berukuran 5-8 cm. Dengan ukuran ini anak belut sudah bisa diperlihara dalam kolam belut untuk konsumsi selama dua bulan atau empat bulan.
2) Perlakuan dan Perawatan Bibit Dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon benih selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat mungkin agar tidak banyak yang hilang. Dengan perairan yang bersih dan lebih baik lagi apabila di air yang mengalir.
6.3. Pemeliharaan Pembesaran
1) Pemupukan Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran yang subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik utama.
2) Pemberian Pakan Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar(belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.
3) Pemberian Vaksinasi
4) Pemeliharaan Kolam dan Tambak Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah menjaga kolam agar tidak ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1) Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan belut.
2) Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan ikan gabus. Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif tidak banyak diserang hama.
7.2. Penyakit Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.
8. PANEN Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :
1) Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.
2) Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi (besarnya/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/ konsumen). Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan peralatan antara lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dengan pancing atau kail dan pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil saja.
9. PASCAPANEN Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar, penanganan pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut dapat diterima oleh konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga mempunyai jaringan pemasaran yang luas.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1.Analisis Usaha Budidaya Perkiraan analisis budidaya belut selama 3 bulan di daerah Jawa Barat pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
1) Biaya Produksi a. Pembuatan kolam tanah 2 x 3 x 1, 4 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 28.000,- b. Bibit 3.000 ekor x @ Rp. 750,- Rp. 225.000,- c. Makanan tambahan (daging kelinci 3 ekor) @ Rp.15.000,-Rp. 45.000,- d. Lain-lain Rp. 30.000,- Jumlah Biaya Produksi Rp. 328.000,-
2) Pendapatan: 3000 ekor = 300 kg x @ Rp. 2.500,- Rp. 750.000,-
3) Keuntungan Rp. 422.000,-
4) Parameter Kelayakan Usaha 2,28 10.2.Gambaran Peluang Agribisnis Budidaya ikan belut, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran mempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan ikan belut semakin meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik, maka akan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen.
11. DAFTAR PUSTAKA
1) Satwono, B. 1999. Budidaya Belut dan Tidar. Penerbit Penebar Swadaya (Anggota IKAPI). Jakarta.
2) Ronni Hendrik S. 1999. Budidaya Belut. Penerbit Bhratara, Jakarta
Budidaya Belut Menapak Masa Depan
Dikirim pada 14 Feb 2005 UmumKoperasi Usaha Cipta Mandiri Yogyakarta mengadakan pelatihan budidaya belut (monopterus Albus) di Wisma Taman Eden, Kaliurang pada 12-13 Februari 2005. Pelatihan ini menghadirkan Pakar Belut Nasional Ir. RM. Sonson Sundoro.
Koperasi Usaha Cipta Mandiri yang dipimpin oleh Gunadi memang masih relatif muda, namun wawasan yang dikembangkan sangat luas dan menjangkau masa depan. Komitmen koperasi ini kepada rakyat kecil, petani dan peternak belut sangat tinggi, sehingga mereka mencari informasi selengkap mungkin untuk kemajuan dan kesejahteraan penangkap belut alam dan pembudidaya belut. Pengamatan yang dilakukan koperasi usaha ini memang mencengangkan, karena dapat mengungkap kondisi pasar lokal DIY dan sekitarnya. Disamping itu kondisi belut alam sebagai sumber mata pencaharian beberapa keluarga dipedesaan telah mengalami banyak penurunan bahkan menghilang samasekali dimusim kemarau, sehingga memerlukan langkah-langkah konkrit agar penghasilan dan kesejahteraan mereka tidak menurun.
Pasar Godean, sebagai contoh memerlukan suplai belut segar seberat tujuh kuintal. Hasil pengamatan yang lain adalah home industri belut di DIY dan Jateng memerlukan sekitar 1-2 kuintal per industri. Kondisi ini sangat memberikan harapan bagi pembudidaya belut, karena pasar masih sangat terbuka. Kebutuhan-kebutuhan belut segar bagi pasar tradisional dan home industri ini saat ini disuplai dari Jawa Timur dengan kapasitas 50 kilogram per home industri.
Pelatihan budidaya belut ini dimaksudkan untuk membuka wawasan semua pihak yang menggantungkan hidupnya dari bisnis belut. Disamping itu, dengan pelatihan, diharapkan dapat memperdalam pengetahuan dan ketrampilan budidaya belut, sehingga mencapai taraf profesional, karena usaha belut ini dapat dijadikan profesi yang memiliki masa depan cerah. Ir. RM. Sonson Sundoro sebagai nara sumber dan pakar belut nasional mengawali pelatihan teknis budidaya belut ini dengan memberikan gambaran kepada peserta tentang usaha belut.
Kesempatan ini diawali dengan penulisan buku tentang budidaya belut yang mendasarkan pada uji coba selama kurang lebih dua puluh tahun yang dilakukannya dibantu orang tua seorang pakar perikanan. Sonson mengungkap prospek budidaya belut cukup luas peluangnya, karena masyarakat dunia mulai mengenal manfaat mengkonsumsi belut.
Peluang eksporpun terbuka sangat luas, pada tahun 1998 Jepang membutuhkan belut segar seberat lima ton, namun jumlah ini tidak pernah dapat dipenuhi, karena tumpuan ekspor ini masih dari hasil tangkapan belut alam yang dimusim kemarau sangat sulit didapat. Disamping itu kualitas, terutama segi ukuran, tidak dapat dipertahankan, karena belut alam ini setiap hari ditangkap, sehingga tangkapannya semakin kecil dan bahkan dalam dua tahun stok sudah habis.
Pengalaman pahit ini memaksa untuk dilakukan perubahan basis ekspor yang semula belut alam menjadi belut budidaya, sehingga dari segi jumlah dan kualitas dapat dijaga. Pasar Asia Selatan dan Asia Tenggara mulai 2001 mulai nampak menunjukan kenaikan yang berarti. Hal ini terlihat dari permintaan mereka ke Indonesia untuk Hongkong sepuluh ton per hari per pengusaha importir padahal kemampuan baru mencapai tiga ton per hari. Permintaan lain datang dari Malaysia delapan puluh ton per minggu, Korea sepuluh ton per minggu, Harga yang importir tetapkan juga menunjukan penghasilan yang menggiurkan, karena Hongkong menetapkan 4,5 dolar amerika per kilogram belut segar. Jepang bahkan lebih menjanjikan lagi dengan 9-10 dolar amerika per kilogram belut segar. Pasar dalam negeri, bahkan lokal DIY dan sekitarnya juga tidak kalah terbukanya. Pasar dalam negeri telah dipatok harga perkilogramnya sebesar Rp. 10.000,00. untuk plasma. Pasar Jakarta membutuhkan 20 ton per hari dan DIY dan sekitarnya sebanyak 150 home industri terpantau membutuhkan kurang lebih 300 kuintal per hari. Permintaan ini juga datang dari Super market sebanyak 5 kuintal per hari.
Lebih lanjut Sonson mengatakan bahwa bagi pemula diharapkan mau belajar budidaya dan sifat belut, sehingga kanibalism tidak terjadi pada kolam produksi. Disamping itu persyaratan kolam, sehingga belut dapat berkembang dengan baik dan aman dari hama dan predator alami. Kolam ini dapat diatas atau menggali tanah. Pembuatan kolam belut diawali dengan perencanaan konstruksi kolam, pemilihan lahan. Hal ini dilanjukan dengan penggalian tanah atau pembuatan bak diatas tanah, baik untuk kolam penampungan induk, kolam pemijahan dan pendederan maupun kolam pembesaran. Kolam-kolam ini memiliki ukuran tersendiri antara lain Kolam Penampungan Induk berukuran 200 cm X 400 cm kedalaman 80 cm, Kolam Pemijahan dan Pendederan berukuran 200 cm X 200 cm kedalaman 100 cm, Kolam Pembesaran berukuran 500 cm X 500 cm kedalaman 120 cm. Disamping ukuran dan persyaratan lahan juga dilengkapi dengan media pemeliharaan dengan urutan dan ukuran antara lain sebagai berikut :
1. Jerami setinggi 40 cm.
2. Pupuk Urea 5 kg dan NPK 5 kg (kolam berukuran 500 cmX500 cm atau perbandingannya).
3. Lumpur/tanah setinggi 5 cm.
4. Pupuk Kandang setinggi 5 cm.
5. Pupuk kompos setinggi 5 cm.
6. Lumpur/tanah setinggi 5 cm.
7. Cincangan Batang Pisang setinggi 10 cm.
8. Lumpur/tanah setinggi 15 cm.
9. Air setinggi 10 cm.
10. Enceng gondog sebanyak 3/4 permukaan kolam. Media pemeliharaan ini didiamkan agar terjadi proses permentasi selama kurang lebih dua minggu, sehingga siap untuk ditaburi bibit/benih belut yang akan dibudidayakan.
Pelaksanaan pengembangbiakan dapat dimulai setelah kolam dan media pemeliharaan siap. Langkah berikutnya adalah memilih bibit belut yang baik agar hasilnya dapat maksimal. Bibit belut ini harus dipilih yang sempurna atau normal dan singkirkan yang tidak normal. Belut yang berkualitas ini akan menghasilkan keturunan yang baik, sehingga akan berkembang dengan baik pula. Belut berkualitas memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Anggota tubuh utuh dan mulus yaitu tidak ada luka gigitan.
2. Gerakan lincah dan agresif.
3. Penampilan sehat yang dicirikan tubuh yang keras dan tidak lemas manakala dipegang.
4. Tubuh berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklatan.
5. Umur antara 2-4 bulan.
Ciri-ciri Induk Belut yang baik dapat dikenali melalui penampilan :
1. Induk Belut Jantan. -Berukuran panjang lebih dari 40 cm. -Permukaan Kulit lebih gelap atau abu-abu. -Bentuk Kepala Tumpul. -Umur lebih dari sepuluh bulan.
2. Induk Belut Betina. -Berukuran panjang antara 20-30 cm. -Permukaan Kulit lebih cerah dan warna putih kekuningan pada perutnya. -Bentuk kepala runcing. -Umur dibawah sembilan bulan. Belut ini mudah berkembangbiak dialam terbuka dan tidak sulit dibudidayakan dikolam yang menyerupai habitatnya serta memberikan penghasilan yang cukup menjanjikan.
Pemasaran belut baik budidaya maupun tangkap akan dijamin oleh Koperasi Usaha Cipta Mandiri Yogyakarta.
Perkembangbiakan belut, setahun sekali, akan dimulai dengan Belut jantan membuat lubang menyerupai huruf "U" dan gelembung udara yang menarik betina.
Perkawinan akan terjadi pada lubang dan telur akan bertaburan dibawah gelembung udara yang benyerupai busa. Telur-telur ini selanjutnya akan dicakup Belut Jantan untuk ditetaskan di lubang persembunyian dengan pengawasan Belut jantan selama 9-10 hari dialam terbuka dan 12-14 hari dikolam pemijahan. Belut muda ini akan mencari makan sendiri dan lepas dari belut jantan setelah berumur 15 hari.
Secara alami belut memakan binatang lain yang lemah, karena itu mereka harus membuat lubang perangkap yang menyerupai terowongan yang berkelok agar mangsanya tidak mudah lepas.
Belut ini dapat dipanen setelah tiga bulan penaburan untuk pasar lokal, namun pasar ekspor minimal enam bulan. Kolam setelah panen diperbaiki dan diganti media pemeliharaannya agar zat renik yang diperlukan pemeliharaan berikutnya dapat tersedia cukup. (heri/win) http://trimudilah.wordpress.com/2006/12/05/budidaya-belut-4/
Budidaya Belut Menapak Masa Depan
Dikirim pada 14 Feb 2005 UmumKoperasi Usaha Cipta Mandiri Yogyakarta mengadakan pelatihan budidaya belut (monopterus Albus) di Wisma Taman Eden, Kaliurang pada 12-13 Februari 2005. Pelatihan ini menghadirkan Pakar Belut Nasional Ir. RM. Sonson Sundoro.
Koperasi Usaha Cipta Mandiri yang dipimpin oleh Gunadi memang masih relatif muda, namun wawasan yang dikembangkan sangat luas dan menjangkau masa depan. Komitmen koperasi ini kepada rakyat kecil, petani dan peternak belut sangat tinggi, sehingga mereka mencari informasi selengkap mungkin untuk kemajuan dan kesejahteraan penangkap belut alam dan pembudidaya belut. Pengamatan yang dilakukan koperasi usaha ini memang mencengangkan, karena dapat mengungkap kondisi pasar lokal DIY dan sekitarnya. Disamping itu kondisi belut alam sebagai sumber mata pencaharian beberapa keluarga dipedesaan telah mengalami banyak penurunan bahkan menghilang samasekali dimusim kemarau, sehingga memerlukan langkah-langkah konkrit agar penghasilan dan kesejahteraan mereka tidak menurun.
Pasar Godean, sebagai contoh memerlukan suplai belut segar seberat tujuh kuintal. Hasil pengamatan yang lain adalah home industri belut di DIY dan Jateng memerlukan sekitar 1-2 kuintal per industri. Kondisi ini sangat memberikan harapan bagi pembudidaya belut, karena pasar masih sangat terbuka. Kebutuhan-kebutuhan belut segar bagi pasar tradisional dan home industri ini saat ini disuplai dari Jawa Timur dengan kapasitas 50 kilogram per home industri.
Pelatihan budidaya belut ini dimaksudkan untuk membuka wawasan semua pihak yang menggantungkan hidupnya dari bisnis belut. Disamping itu, dengan pelatihan, diharapkan dapat memperdalam pengetahuan dan ketrampilan budidaya belut, sehingga mencapai taraf profesional, karena usaha belut ini dapat dijadikan profesi yang memiliki masa depan cerah. Ir. RM. Sonson Sundoro sebagai nara sumber dan pakar belut nasional mengawali pelatihan teknis budidaya belut ini dengan memberikan gambaran kepada peserta tentang usaha belut.
Kesempatan ini diawali dengan penulisan buku tentang budidaya belut yang mendasarkan pada uji coba selama kurang lebih dua puluh tahun yang dilakukannya dibantu orang tua seorang pakar perikanan. Sonson mengungkap prospek budidaya belut cukup luas peluangnya, karena masyarakat dunia mulai mengenal manfaat mengkonsumsi belut.
Peluang eksporpun terbuka sangat luas, pada tahun 1998 Jepang membutuhkan belut segar seberat lima ton, namun jumlah ini tidak pernah dapat dipenuhi, karena tumpuan ekspor ini masih dari hasil tangkapan belut alam yang dimusim kemarau sangat sulit didapat. Disamping itu kualitas, terutama segi ukuran, tidak dapat dipertahankan, karena belut alam ini setiap hari ditangkap, sehingga tangkapannya semakin kecil dan bahkan dalam dua tahun stok sudah habis.
Pengalaman pahit ini memaksa untuk dilakukan perubahan basis ekspor yang semula belut alam menjadi belut budidaya, sehingga dari segi jumlah dan kualitas dapat dijaga. Pasar Asia Selatan dan Asia Tenggara mulai 2001 mulai nampak menunjukan kenaikan yang berarti. Hal ini terlihat dari permintaan mereka ke Indonesia untuk Hongkong sepuluh ton per hari per pengusaha importir padahal kemampuan baru mencapai tiga ton per hari. Permintaan lain datang dari Malaysia delapan puluh ton per minggu, Korea sepuluh ton per minggu, Harga yang importir tetapkan juga menunjukan penghasilan yang menggiurkan, karena Hongkong menetapkan 4,5 dolar amerika per kilogram belut segar. Jepang bahkan lebih menjanjikan lagi dengan 9-10 dolar amerika per kilogram belut segar. Pasar dalam negeri, bahkan lokal DIY dan sekitarnya juga tidak kalah terbukanya. Pasar dalam negeri telah dipatok harga perkilogramnya sebesar Rp. 10.000,00. untuk plasma. Pasar Jakarta membutuhkan 20 ton per hari dan DIY dan sekitarnya sebanyak 150 home industri terpantau membutuhkan kurang lebih 300 kuintal per hari. Permintaan ini juga datang dari Super market sebanyak 5 kuintal per hari.
Lebih lanjut Sonson mengatakan bahwa bagi pemula diharapkan mau belajar budidaya dan sifat belut, sehingga kanibalism tidak terjadi pada kolam produksi. Disamping itu persyaratan kolam, sehingga belut dapat berkembang dengan baik dan aman dari hama dan predator alami. Kolam ini dapat diatas atau menggali tanah. Pembuatan kolam belut diawali dengan perencanaan konstruksi kolam, pemilihan lahan. Hal ini dilanjukan dengan penggalian tanah atau pembuatan bak diatas tanah, baik untuk kolam penampungan induk, kolam pemijahan dan pendederan maupun kolam pembesaran. Kolam-kolam ini memiliki ukuran tersendiri antara lain Kolam Penampungan Induk berukuran 200 cm X 400 cm kedalaman 80 cm, Kolam Pemijahan dan Pendederan berukuran 200 cm X 200 cm kedalaman 100 cm, Kolam Pembesaran berukuran 500 cm X 500 cm kedalaman 120 cm. Disamping ukuran dan persyaratan lahan juga dilengkapi dengan media pemeliharaan dengan urutan dan ukuran antara lain sebagai berikut :
1. Jerami setinggi 40 cm.
2. Pupuk Urea 5 kg dan NPK 5 kg (kolam berukuran 500 cmX500 cm atau perbandingannya).
3. Lumpur/tanah setinggi 5 cm.
4. Pupuk Kandang setinggi 5 cm.
5. Pupuk kompos setinggi 5 cm.
6. Lumpur/tanah setinggi 5 cm.
7. Cincangan Batang Pisang setinggi 10 cm.
8. Lumpur/tanah setinggi 15 cm.
9. Air setinggi 10 cm.
10. Enceng gondog sebanyak 3/4 permukaan kolam. Media pemeliharaan ini didiamkan agar terjadi proses permentasi selama kurang lebih dua minggu, sehingga siap untuk ditaburi bibit/benih belut yang akan dibudidayakan.
Pelaksanaan pengembangbiakan dapat dimulai setelah kolam dan media pemeliharaan siap. Langkah berikutnya adalah memilih bibit belut yang baik agar hasilnya dapat maksimal. Bibit belut ini harus dipilih yang sempurna atau normal dan singkirkan yang tidak normal. Belut yang berkualitas ini akan menghasilkan keturunan yang baik, sehingga akan berkembang dengan baik pula. Belut berkualitas memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Anggota tubuh utuh dan mulus yaitu tidak ada luka gigitan.
2. Gerakan lincah dan agresif.
3. Penampilan sehat yang dicirikan tubuh yang keras dan tidak lemas manakala dipegang.
4. Tubuh berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklatan.
5. Umur antara 2-4 bulan.
Ciri-ciri Induk Belut yang baik dapat dikenali melalui penampilan :
1. Induk Belut Jantan. -Berukuran panjang lebih dari 40 cm. -Permukaan Kulit lebih gelap atau abu-abu. -Bentuk Kepala Tumpul. -Umur lebih dari sepuluh bulan.
2. Induk Belut Betina. -Berukuran panjang antara 20-30 cm. -Permukaan Kulit lebih cerah dan warna putih kekuningan pada perutnya. -Bentuk kepala runcing. -Umur dibawah sembilan bulan. Belut ini mudah berkembangbiak dialam terbuka dan tidak sulit dibudidayakan dikolam yang menyerupai habitatnya serta memberikan penghasilan yang cukup menjanjikan.
Pemasaran belut baik budidaya maupun tangkap akan dijamin oleh Koperasi Usaha Cipta Mandiri Yogyakarta.
Perkembangbiakan belut, setahun sekali, akan dimulai dengan Belut jantan membuat lubang menyerupai huruf "U" dan gelembung udara yang menarik betina.
Perkawinan akan terjadi pada lubang dan telur akan bertaburan dibawah gelembung udara yang benyerupai busa. Telur-telur ini selanjutnya akan dicakup Belut Jantan untuk ditetaskan di lubang persembunyian dengan pengawasan Belut jantan selama 9-10 hari dialam terbuka dan 12-14 hari dikolam pemijahan. Belut muda ini akan mencari makan sendiri dan lepas dari belut jantan setelah berumur 15 hari.
Secara alami belut memakan binatang lain yang lemah, karena itu mereka harus membuat lubang perangkap yang menyerupai terowongan yang berkelok agar mangsanya tidak mudah lepas.
Belut ini dapat dipanen setelah tiga bulan penaburan untuk pasar lokal, namun pasar ekspor minimal enam bulan. Kolam setelah panen diperbaiki dan diganti media pemeliharaannya agar zat renik yang diperlukan pemeliharaan berikutnya dapat tersedia cukup. (heri/win) http://trimudilah.wordpress.com/2006/12/05/budidaya-belut-4/
Peluang Budidaya Belut Jun 19, 2007
Tak heran jika akhir-akhir ini banyak media mengekspos tentang besarnya peluang bisnis budidaya belut. Dan bagi yang terbiasa 'melek' di depan internet, mungkin juga tak jarang menemukan sebuah forum yang memperbincangkan tentang gurihnya berbisnis di bidang yang satu ini. Sebenarnya seberapa besar peluang budidaya belut?
Mengandalkan belut tangkapan dari alam untuk dipasarkan kembali ternyata sudah bukan sesuatu yang mudah lagi. Pasokan yang didapat dengan cara tersebut lama kelamaan semakin menipis. Berangkat dari kenyataan tersebutlah Ardiyan Taufik, pria dari kota Solo yang telah bergelut dalam bisnis ekspor belut semenjak 4 tahun yang lalu, akhirnya mulai merintis budidaya belut. Ia banyak berhubungan dengan para pengepul di berbagai daerah di Tanah Air untuk kemudian dikumpulkan dan dijual ke luar negeri.
Bisnis budidaya belut sendiri dimulai sekitar 1,5 tahun yang lalu (awal tahun 2006).Berdasarkan pengalaman bisnis budidayanya, menurut Ardiyan budidaya belut terbilang tidak sulit. Pebisnis yang ingin serius menekuni budidaya belut hanya dituntut untuk intens dalam hal perawatan dan pemberian pakan. Sementara dalam pemberian pakan pun, kata Ardian, pakan belut termasuk simpel. Pakan belut itu tidak berhubungan dengan pabrik. "Pakannya bisa keong mas atau bekicot. Jadi tidak tergantung pada pakan hasil pabrik," ujar Ardiyan. Berdasarkan hitung-hitungan biaya operasional, biaya pakan tersebut menurut Ardiyan hanya menggunakan 15%-20% dari biaya operasional. Jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan komoditas perikanan lain yang biaya pakannya menelan hingga 60% dari biaya operasional.
Hanya saja menurut Ardiyan, banyak peternak pemula yang belum mengetahui seluk beluk membudidayakan komoditas yang satu ini. Biasanya para pemula akan bersemangat hanya sekitar 1 hingga 5 minggu di awal bisnis budidayanya. Selanjutnya mereka mengira bahwa usaha tidak berhasil karena tidak melihat tanda-tanda kehidupan ternak di siang hari. Padahal belut memang tidak aktif seperti produk perikanan lainnya. "Belut ini hewan malam, dan nyaris tidak kelihatan, tidak seperti ikan," ujar Ardiyan.
Berminat budidaya belut, pada dasarnya modal menurut Ardiyan bukanlah yang utama. Jika calon pebisnis memiliki kolam semen, atau bahkan jika tidak ada bisa menggunakan kolam terpal. Sementara untuk bibitnya calon pebisnis bisa memulai dengan berusaha mendapatkan bibit dari sawah. Bibit belut bisa lebih mudah didapatkan di sekitar pertanian organik. Jika tidak bisa didapat dengan cara gratis, sambung Ardiyan, bibit belut sawah bisa didapat dengan harga sekitar Rp25.000/kg.
Jika dibudidayakan secara intens, bibit belut berukuran sebesar rokok akan membutuhkan waktu sekitar 3 hingga 6 bulan untuk bisa dipanen untuk kemudian dipasarkan. Pilihannya ada pada pebisnis sendiri. Jika ingin dipasarkan secara lokal, biasanya waktu 3, 4 atau 5 bulan cukup untuk budidaya. Sementara untuk pasar ekspor biasanya akan memakan waktu 6 bulan.
Bicara harga jual juga menarik. Dari hasil panen, Ardiyan bisa mematok harga sekilo belut isi 10 seharga Rp15.000 untuk pasar lokal, bahkan bisa mencapai Rp18.000 di *enuser*. Sementara untuk pasar ekspor biasanya sekilo isi 10 dengan harga Rp20.000. Tentang pasar ekspor belut sendiri, Ardiyan juga lebih tahu. "Coba saja lihat Singapura dan Malaysia, mereka darimana mendapatkan belut, kan tidak ada sawah," ilustrasi Ardiyan. Jadi jika pun ada pihak-pihak yang pesimis dengan tidak adanya pasar ekspor bagi hasil budidaya belut Tanah Air, menurutnya harus dibuktikan sendiri. Hanya saja pebisnis yang benar-benar menekuni budidaya sekaligus pemasaran seperti Ardiyan, tentu saja tak bisa hanya mengandalkan modal dan ketekunan saja. "Siapa saja bisa berjualan, tapi tentu saja untuk menembus tempat yang dituju Kita harus mengembangkan relasi," tutur Ardiyan. (SH)
Sumber : http://www.wirausaha.com/agrobisnis/249-peluang_budidaya_belut.html