"Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia," kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan." (QS. An-Nahl: 68-69) Tahukah Anda, betapa madu merupakan sumber makanan penting yang disediakan Allah untuk manusia melalui serangga kecil ini?
Madu tersusun atas beberapa senyawa gula seperti glukosa dan fruktosa serta sejumlah mineral seperti magnesium, kalium, kalsium, natrium, klor, belerang, besi, dan fosfat. Madu juga mengandung vitamin B1, B2, C, B6 dan B3 yang komposisinya berubah-ubah sesuai dengan kualitas nektar dan serbuk sari. Di samping itu, dalam madu terdapat pula sejumlah kecil tembaga, yodium, dan seng, serta beberapa jenis hormon.
Sebagaimana firman Allah dalam Al Quran, madu adalah "obat bagi manusia". Fakta ilmiah ini telah dibenarkan oleh para ilmuwan yang bertemu pada Konferensi Apikultur Sedunia (World Apiculture Conference) yang diselenggarakan pada tanggal 20-26 September 1993 di Cina. Konferensi tersebut membahas pengobatan dengan menggunakan ramuan yang berasal dari madu. Para ilmuwan Amerika mengatakan bahwa madu, royal jelly, serbuk sari, dan propolis dapat mengobati berbagai penyakit. Seorang dokter Rumania mengatakan bahwa ia mengujikan madu untuk pengobatan pasien katarak, dan 2002 dari 2094 pasiennya sembuh total. Para dokter Polandia juga menyatakan dalam konferensi tersebut bahwa resin lebah dapat membantu penyembuhan banyak penyakit seperti wasir, masalah kulit, penyakit ginekologis, dan berbagai penyakit lainnya.
Dewasa ini, apikultur dan produk lebah telah membuka cabang penelitian baru di negara-negara yang sudah maju dalam hal ilmu pengetahuan. Manfaat madu lainnya dapat dijelaskan di bawah ini:
Mudah dicerna: Karena molekul gula pada madu dapat berubah menjadi gula lain (misalnya fruktosa menjadi glukosa), madu mudah dicerna oleh perut yang paling sensitif sekalipun, walau memiliki kandungan asam yang tinggi. Madu membantu ginjal dan usus untuk berfungsi lebih baik.
Rendah kalori: Kualitas madu lain adalah, jika dibandingkan dengan jumlah gula yang sama, kandungan kalori madu 40% lebih rendah. Walau memberi energi yang besar, madu tidak menambah berat badan.
Berdifusi lebih cepat melalui darah: Jika dicampur dengan air hangat, madu dapat berdifusi ke dalam darah dalam waktu tujuh menit. Molekul gula bebasnya membuat otak berfungsi lebih baik karena otak merupakan pengonsumsi gula terbesar.
Membantu pembentukan darah: Madu menyediakan banyak energi yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan darah. Lebih jauh lagi, ia membantu pembersihan darah. Madu berpengaruh positif dalam mengatur dan membantu peredaran darah. Madu juga berfungsi sebagai pelindung terhadap masalah pembuluh kapiler dan arteriosklerosis.
Membunuh bakteri: Sifat madu yang membunuh bakteri disebut "efek inhibisi". Penelitian tentang madu menunjukkan bahwa sifat ini meningkat dua kali lipat bila diencerkan dengan air. Sungguh menarik bahwa lebah yang baru lahir dalam koloni diberi makan madu encer oleh lebah-lebah yang bertanggung jawab merawat mereka-seolah mereka tahu kemampuan madu ini.
Royal jelly: Royal jelly adalah zat yang diproduksi lebah pekerja di dalam sarang. Zat bergizi tinggi ini mengandung gula, protein, lemak, dan berbagai vitamin. Royal jelly digunakan untuk menanggulangi masalah-masalah yang disebabkan kekurangan jaringan atau kelemahan tubuh.
Jelaslah bahwa madu, yang diproduksi jauh melebihi jumlah kebutuhan lebah, dibuat untuk kepentingan manusia. Dan telah jelas pula bahwa lebah tidak dapat melakukan tugas-tugas yang sedemikian sulit "dengan sendirinya".
Ray Sahelian, M.D Royal Jelly, dikeluarkan dari kelenjar liur lebah Pekerja, dipergunakan sebagai makanan untuk larvae (Calon Ratu) dan sebagai satu-satunya makanan untuk larvae. Royal Jelly mengandung campuran vitamin, mineral, protein dan asam lemak. Beberapa studi pada binatang pengerat menunjukkan bahwa Royal Jelly merupakan Anti-inflammatory dan anti Tumor. | |
Dr Alfred Vogel, Seorang Naturopath Ternama berasal dari Swiss: “Royal Jelly tidak hanya memberikan vitalitas dan awet muda melalui kemampuannya meningkatkan kelenjar endocrine, tetapi juga mampu melawan batuk rejan, khususnya pada anak-anak. Penelitian menemukan bahwa seorang anak dengan jasmani tubuh yang lemah, dapat dengan segera menambah dan meningkatkan selera makan yang lebih baik jika di berikan Royal Jelly." Dia juga mengatakan, "Manfaat juga bisa di peroleh pada kasus bronkhitis, migren, nafsu makan dan masalah gallbladder, pencernaan, syaraf, keletihan akibat kekurangan kelenjar endocrine." Dan banyak lagi masalah-masalah kesehatan lain nya yang dapat di perbaiki, dan memungkinkan untuk di sembuhkan, jika kita mengkonsumsi Royal Jelly Secara teratur. | |
Penelitian Oleh Dr. Roger Wyburn Mason Royal Jelly efektif dalam mengurangi gejala radang sendi. | |
James F. Balch, M.D., and Phyllis A. Balch dalam bukunya Prescription for Nutritional Healing: Menulis “Royal Jelly diketahui dapat membantu mengatasi penyakit liver/hati, pankreas, insomnia, mag, penyakit ginjal, patah tulang dan menghaluskan kulit, serta dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan (immune system)." |
MENGAPA Royal Jelly Merupakan salah satu Suplement yang paling di cari-cari? Karena merupakan makanan kaya akan Nutrisi yang sangat mengagumkan. Para ahli Biokimia MENEMUKAN Royal Jelly mengandung, Vitamins A, B Complex, C, D and E serta vitamin B dan bagian-bagian nya seperti B1, B2, B3, B6, Bl2, biotin, folic acid, pantothenic acid yang dapat meningkatkan kelenjar adrenalin dan dapat mengurangi stress |
Royal Jelly Research Update
Exp Gerontol. 2003 SepRoyal Jelly dapat memperpanjang jangka waktu hidup C3H/HeJ tikus: Berhubungan dengan pencegahan kerusakan DNA.
In this study, we investigate the effect of dietary Royal Jelly on tissue DNA oxidative damage and on the life span of C3H/HeJ mice. In C3H/HeJ mice that were fed a dietary supplement of royal jelly for 16 weeks, the levels of 8-hydroxy-2-deoxyguanosine (8-OHdG), a marker of oxidative stress, were significantly reduced in kidney DNA and serum. Secondly, we determined the effect of dietary royal jelly on the life span in C3H/HeJ mice. The 50% mice survivals of intermediate- (about 6 mg/kg weight) and high-dose groups (about 60 mg/kg weight) were reached at significantly longer times than that of the control group according to the generalized Wilcoxon test. The average survival times were 88 weeks for the control group vs. 79 weeks for the low-dose royal jelly group, 112 weeks for the intermediate-dose group and 110 weeks for the high-dose royal jelly group, showing that royal jelly extended the average survival time by about 25% compared to the control group. However, royal jelly did not extend the total life span. These results indicated that dietary royal jelly increased the average life span of C3H/HeJ mice, possibly through the mechanism of reduced oxidative damage.
Biol Pharm Bull. 2004 Feb
Antihypertensive effect of peptides from royal jelly in spontaneously hypertensive rats
We have shown that Protease N treated Royal Jelly (ProRJ) and peptides from ProRJ (Ile-Tyr (IY), Val-Tyr (VY), Ile-Val-Tyr (IVY)) inhibited angiotensin I-converting enzyme (ACE) activity and they have an antihypertensive effect in repeated oral administration for 28 d on spontaneously hypertensive rats (SHR). We investigated the contributive ratio of these peptides in ProRJ for antihypertensive effect in single oral administration on SHR. In single oral administration of each peptide and peptides mixture (MIX; IY, VY and IVY) at doses of 0.5, 1 and 10 mg/kg, systolic blood pressure (SBP) of SHR was reduced dose-dependently. This antihypertensive effect was held for 8 h. These results suggest that peptides contributed to the antihypertensive effect of ProRJ. And the contributive ratio of MIX in ProRJ for antihypertensive effect was computed to be about 38%. Therefore it is considered that intake of peptides, as a functional food would be beneficial for improving blood pressure in people with hypertension.
Biosci Biotechnol Biochem. 2004 Jan
Royal Jelly dapat menghalang produksi proinflammatory cytokines dengan menggiatkan macrophages.
In this study, we have examined the anti-inflammatory actions of royal jelly (RJ) at a cytokine level. When supernatants of RJ suspensions were added to a culture of mouse peritoneal macrophages stimulated with lipopolysaccharide and IFN-gamma, the production of proinflammatory cytokines, such as TNF-alpha, IL-6, and IL-1, was efficiently inhibited in a dose-dependent manner without having cytotoxic effects on macrophages. This suggests that RJ contains factor(s) responsible for the suppression of proinflammatory cytokine secretion. We named the factor for honeybees RJ-derived anti-inflammatory factor (HBRJ-AIF), and further investigated the molecular aspects of it. Size fractionation study showed that HBRJ-AIF is composed of substances of low (< 5 kDa) and high (> 30 kDa) molecular weights, with the former being a major component. Chromatographic analysis showed that MRJP3 is one candidate for the HBRJ-AIF with high molecular weights. Thus, our results suggest that RJ has anti-inflammatory actions through inhibiting proinflammatory cytokine production by activated macrophages.
J Nutr Sci Vitaminol (Tokyo). 2001 Dec
Mencegah Kelelahan pada tikus.
We investigated the anti-fatigue effect of royal jelly, which had been stored at -20 degrees C from immediately after collection, in male Std ddY mice. The mice were accustomed to swimming in an adjustable-current swimming pool, then subjected to forced swimming five times during 2 wk, and the total swimming period until exhaustion was measured. They were separated into three groups with equal swimming capacity, which were administered royal jelly, royal jelly stored at 40 degrees C for 7 d (40-7d royal jelly), or the control solution including casein, cornstarch, and soybean oil before swimming. All mice were forced to swim for 15 min once; then the maximum swimming time to fatigue was measured after a rest period. The swimming endurance of the royal jelly group significantly increased compared with those of the other groups. The mice in the royal jelly group showed significantly decreased accumulation of serum lactate and serum ammonia and decreased depletion of muscle glycogen after swimming compared with the other groups, whereas there was no significant difference between the 40-7d RJ group and the control group in these parameters after swimming. A quantitative analysis of constituents in royal jelly showed that 5 7-kDa protein, which we previously identified as a possible freshness marker of royal jelly, was specifically degraded in royal jelly stored at 40 degrees C for 7 d, whereas the contents of various vitamins, 10-hydroxy-2-decenoic acid, and other fatty acids in RJ were unchanged. These findings suggest that royal jelly can ameliorate the physical fatigue after exercise, and this anti-fatigue effect of royal jelly in mice seems to be associated with the freshness of RJ, possibly with the content of 5 7-kDa protein.
Sumber:http://www.mynutrend.com/keajaibanmadu.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar