Selasa, 01 Februari 2011

STRATEGI MENGEJAR MIMPI


Pada tulisan terdahulu, untuk mengelola mimpi dapat Anda lakukan dengan menciptakan mimpi dan berusaha mengejarnya. Sedangkan pada tulisan ini, bagaimana strategi mengejar mimpi tersebut ?. Strategi untuk mengejar Konsep Hammel dan Prahalad strategi untuk mengejar mimpi (visi) disebutnya sebagai Strategic Intent.
Penyusunan strategi mengejar mimpi (visi) dikembangkan secara bertahap serta konsisten merupakan. Strategi ini harus memiliki pandangan yang akan dicapai minimal sepuluh tahun yang akan datang. Untuk menguasai pasar Sony, Wal-Mart, Chrysler, Microsoft, General Electric, Cola-Cola dan perusahaan mengagumkan lainnya menggunakan strategic intent.
Pimpinan Sony, Akito Morita memperhatikan bahwa kaum muda suka mendengarkan musik ke manapun mereka pergi. Morita menarik kesimpulan dari fakta-fakta tanpa memerlukan riset, tetapi berfikir jauh ke depan tanpa diketahui masyarakat, yaitu menciptakan Walkman. Desain pasar brilian itu bukan suatu kebetulan. Kesuksesan Morita dan Sony adalah menemukan pasar-pasar masa depan, bukan pasar saat ini, yaitu dengan mendeskripsikan apa yang disebut “semangat perintis”. Morita berkata “Sony adalah perintis dan tidak pernah bertujuan untuk mengikuti yang lain. Melalui kemajuan, Sony ingin melayani seluruh dunia. Sony akan selalu menjadi penemu hal yang belum diketahui”. Sedangkan Wal-Mart mengejar mimpi dengan discount-nya, Chrysler dengan minivan, Microsoft dengan Windows.
Strategi Intent dirumuskan secara bertahap dan lebih menantang kalau ada penantangnya. Garam, Suzuki menantang honda, Marriot Hotel menohok Hilton dan sebagainya. Dalam strategi mengejar mimpi ini, masa depan bukan hanya dibayangkan, tetapi harus dibangun. Maka dibutuhkan arsitek yang menciptakan hal-hal yang belum tercipta. Gabungan antara pemimpin dan pelaksana. Dalam pelaksanaan strategi berdasarkan mimpi ini membutuhkan Strategic Architecture, yang merupakan gabungan dari antara pengetahuan masa depan (information architecture), perilaku, nilai dan struktur (social architecture) dan financial architecture. Strategic Architecture sebagai cetak-biru tingkat tinggi untuk penyebaran dari fungsionalitas baru, akuisisi dari kompetensi baru, atau migrasi dari kompetensi yang ada dan menyusun kembali perantara dengan pelanggan.
Dalam strategic intent, mimpi harus mempunyai obsesi untuk berhasil dan harus dicapai secara bertahap. Dalam pelaksanaan strategi mengejar mimpi ini membutuhkan strategic architecture, yang merupakan gabungan dari antara pengetahuan masa depan (information architecture), perilaku, nilai dan struktur (social architecture) dan financial architecture.
Sumber artikel : Mohammad Suyanto


Tidak ada komentar: