Itu sebabnya, mandeknya pengembangan itu, ungkap Dekan fakultas pertanian Universitas Brawijaya-Malang Prof Ir Sumeru Ashari, MagrSC,PhD, pasar durian di dalam negeri banyak dikuasai oleh durian impor.
Bayangkan saja, Indonesia yang kaya jenis durian unggul justru tidak ditemukan di pasar dan masyarakat lebih mengenal durian monthong asal Thailand. Jenis durian asal negeri gajah putih ini tidak hanya menempati pasar elit tetapi juga lapak kaki lima. Hal ini sangat memprihatinkan,katanya kepada Agro Indonesia, pekan lalu.
Diakui Sumeru, sebagai buah asal Asia Tenggara, plasma nutfah durian paling banyak di Indonesia. Universitas Brawijaya (UB) Malang yang tahun lalu mengembangkan Durian Research Center menyiapkan lahan seluas 4 hektar di desa Kasembon untuk pertanaman durian. Desa ini dipilih fakultas pertanian UB mengingat, desa ini memiliki plasma nutfah durian jingga, dagingnya berwarna jingga dan tebal, rasanya legit namun kesat.
Fakultas Pertanian UB sudah melakukan eksplorasi bibit durian di seluruh Indonesia, tetapi fokusnya tetap akan memproduksi durian jingga secara besar-besaran, tuturnya.
Hal itu perlu dilakukan karena durian jingga tetap lebih unggul dibandingkan durian jenis lain yang ditemukan di tanah air, kendati ukurannya kecil dan untuk penikmat durian harus melahap lebih dari 1 buah karena beratnya tidak lebih dari 2 kilogram/buah.
Dua Tahun Lagi
Untuk memperbanyak bibit durian jingga, pakar hortikultura itu menjelaskan, butuh waktu 2 tahun lagikarena yang cukup rumit adalah penelitian dalam mencari formula kultur jaringan. Dalam proses tissue kultur yang sulit adalah proses pencucian hingga membutuhkan waktu sedikitnya 3 bulan hingga 1,5 tahun. Mengingat, kalau proses pencucian tidak pas maka untuk memacu pertumbuhan akan lebih sulit ditemukan formulanya.
Dijelaskan Sumeru, daerah Kasembon, Ngantang dan Wonosalam merupakan segitiga durian di Malang. Wonosalam masuk Kabupaten Jombang yang berbatasan dengan kabupaten Malang dan memiliki durian unggul Bedu yang sudah dirilis oleh Departemen Pertanian.
Jingga memiliki pohon induk yang telah berumur 80 tahun bahkan ada yang mencapai umur 130 tahun dan masih berproduksi dengan baik sehingga cukup bagus digunakan sebagai plasma nutfah. Awal tahun 2009 UB sudah melakukan pembibitan jingga dengan metode kultur jaringan dan saat ini sudah masuk pada tahap pengembangan,katanya.
Durian ini merupakan buah yang agak unik dan tidak mudah hidup di lahan terbuka.Agar ada jaminan tumbuh harus dilakukan pembibitan pada nursery. Karena jika langsung ditanam pada lahan terbuka jika ukurannya terlalu kecil jaminan hidupnya hanya 30%. Di sisi lain, durian ini spesifik lokasi.
Misalnya jingga jika ditanam di tempat lain hasilnya tidak akan meksimal bahkan warna dagingnya akan berubah. Karena itu, kalau di seluruh Indonesia akan muncul durian-durian yang berkualitas unggul maka pamornya akan mengalahkan monthong.
Sumeru memang terobsesi untuk mengembangkan durian unggul nasional karena tergelitik bagaimana Thailand yang luasnya hanya setengah Jawa Timur saja duriannya bisa dikenal di seantero dunia. Hal ini karena secara geografis Thailand tidak terlalu tinggi dan durian yang dikembangkan hanya 2 plasma nutfah. Sementara Indonesia memiliki beragam plasma nutfah durian yang letak geografisnya beragam mulai dataran rendah hingga tinggi.
http://aghos.comoj.com/index.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar