Jumat, 04 Februari 2011

PEMBIAKAN DURIAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I
PENDAHULUAN

Tanaman buah durian adalah salah satu bagian dari sistem kebun yang merupakan salah satu pola dari wanatani yang banyak dipraktekkan di Indonesia. Sistem tersebut tumbuh secara tradisional dan hasilnya biasanya hanya digunakan untuk mencukupi kebutuhan sendiri dan memenuhi kebutuhan pasar di desa.
Apabila produksi tanaman buah durian dapat dilakukan dengan baik sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas sesuai dengan tuntutan pasar, maka penanaman buah durian merupakan peluang bagi petani untuk memenuhi kebutuhan pasar buah duriian di tingkat provinsi ataupun nasional.
Hal ini sangatlah penting terutama untuk petani yang tinggal di sekitar  hutan sehingga dapat mengurangi skala kerusakan hutan. Durian merupakan tanaman buah berupa pohon. Sebutan durian diduga berasal dari istilah Melayu yaitu dari kata duri yang diberi akhiran -an sehingga menjadi durian. Kata ini terutama dipergunakan untuk menyebut buah yang kulitnya berduri tajam. Tanaman durian berasal dari hutan Malaysia, Sumatra, dan Kalimantan yang berupa tanaman liar. Penyebaran durian ke arah Barat adalah ke Thailand, Birma, India dan Pakistan. Buah durian sudah dikenal di Asia Tenggara sejak abad 7 M. Nama lain durian adalah duren (Jawa, Gayo), duriang (Manado), dulian (Toraja), rulen (Seram Timur).
Beberapa petani melihat bahwa menanam buah durian, berarti menciptakan alternatif penghasilan keluarga dan meningkatkan taraf hidup untuk jangka panjang. Oleh karena itu, meningkatkan kemampuan tehnik perbanyakan dan budidaya buah durian sangat penting di tingkat petani. Beberapa petani yang bersemangat menanam buah durian, umumnya mendapatkan dan memperbanyak bibit dari biji yang tersedia di sekeliling mereka. Namun sangat disayangkan bahwa kualitas fisiologis dan genetik benih tersebut diragukan. Benih yang direkomendasi biasanya terdapat di dinas pertanian. Sayangnya sebagian besar benih yang digunakan petani berasal dari sektor informal. Oleh sebab itu, untuk mendukung dan meningkatkan usaha pertanaman buah-buahan yang dilakukan petani, baik penelitian maupun penyuluhan harus diarahkan untuk memperkuat dan meningkatkan ketersedian benih dan bibit tanaman bermutu. Tahap pertama untuk mencapai tujuan tersebut adalah membangun kerjasama antar kelompok tani dengan sektor perbenihan formal melalui kunjungan lapangan, menyebarkan benih dan bibit bermutu ke petani, bekerjasama dengan lembaga yang mempunyai percobaan di tingkat petani, serta melakukan kegiatan pelatihan perbanyakan dan pengelolaan bibit buah untuk petani dan staf LSM yang bekerja bersama petani.  
Kerjasama dan keterkaitan di atas jelas akan memberikan kemandirian petani untuk menghasilkan dan mengelola bibit dan tanaman mereka. Oleh karena itu, melatih kemampuan petani untuk melakukan perbanyakan secara vegetatif adalah langkah yang penting untuk mendapatkan bibit yang baik secara genetik, memperbanyak jenis-jenis tanaman yang sulit didapat, mempercepat saat pembuahan, serta menghindari terjadinya kekurangan benih kerena tidak teraturnya masa pembungaan. Dan didasarkan pada tujuan pedoman tehnik perbanyakan vegetatif dan budidaya buah-buahan terutama sekali pada buah- buahan durian.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem pembiakan secara vegetatif pada durian
Durian ditanam dengan menggunakan biji atau secara vegetatif. Walaupun pembiakan menggunakan biji mudah dan murah, ia tidak dapat mengekalkan ciri- ciri pokok induk karena kebanyakan varieti komersial melalui pendebungaan silang. Pokok ini juga lambat berbuah. Dengan itu, pokok durian lebih baik dibiakkan secara vegetatif.
Persyaratan biji durian yang akan diokulasi berasal dari biji yang sehat dan tua, dari tanaman induk yang sehat dan subur, sistem perakaran bagus dan produktif. Biji yang ditumbuhkan, dipilih yang pertumbuhannya sempurna. Setelah umur 8-10 bulan, dapat diokulasi, dengan cara:
1.      Kulit batang bawah disayat, tepat di atas matanya ( + 1 cm). Dipilih mata tunas yang berjarak 20 cm dari permukaan tanah.
2.      Sayatan dibuat melintang, kulit dikupas ke bawah sepanjang 2-3 cm  sehingga mirip lidah.
3.      Kulit yang mirip lidah dipotong menjadi 2/3-nya.
4.      Sisipan “mata” yang diambil dari pohon induk untuk batang atas (disayat
dibentuk perisai) diantara kulit. Setelah selesai dilakukan okulasi, 2
minggu kemudian di periksa apakah perisai mata tunas berwarna hijau
atau tidak. Bila berwarna hijau, berarti okulasi berhasil, jika coklat, berarti
okulasi gagal.
2.1.1. Model tusuk/susuk
a)       Tanaman calon batang atas dibelah setengah bagian menuju kearah pucuk.
Panjang belahan antara 1-1,5 cm diukur dari pucuk. Tanaman calon batang
bawah sebaiknya memiliki diameter sama dengan batang atasnya. Tajuk
calon batang bawah dipotong dan dibuang, kemudian disayat sampai
runcing. Bagian yang runcing disisipkan kebelahan calon batang atas yang telah dipersiapkan. Supaya calon batang bawah tidak mudah lepas, sambungannya harus diikat kuat-kuat dengan tali rafia.
b)       Selama masa penyusuan batang yang disatukan tidak boleh bergeser.
Sehingga, tanaman batang bawah harus disangga atau diikat pada tanaman
induk (batang tanaman yang besar) supaya tidak goyah setelah dilakukan
penyambungan. Susuan tersebut harus disiram agar tetap hidup. Biasanya,
setelah 3-6 bulan tanaman tersebut bisa dipisahkan dari tanaman induknya,
tergantung dari usia batang tanaman yang disusukan. Tanaman muda yang
kayunya belum keras sudah bisa dipisahkan setelah 3 bulan.
Penyambungan model tusuk atau susuk ini dapat lebih berhasil kalau
diterapkan pada batang tanaman yang masih muda atau belum berkayu
keras.

2.1.2. Model sayatan
a)      Pilih calon batang bawah (bibit) dan calon batang atas dari pohon induk  yang sudah berbuah dan besarnya sama.
b)      Kedua batang tersebut disayat sedikit sampai bagian kayunya. Sayatan pada kedua batang tersebut diupayakan agar bentuk dan besarnya sama.
c)      Setelah kedua batang tersebut disayat, kemudian kedua batang itu ditempel
tepat pada sayatannya dan diikat sehingga keduanya akan tumbuh
bersama-sama.
d)      Setelah 2-3 minggu, sambungan tadi dapat dilihat hasilnya kalau batang
atas dan batang bawah ternyata bisa tumbuh bersama-sama berarti
penyusuan tersebut berhasil.
e)      Kalau sambungan berhasil, pucuk batang bawah dipotong/dibuang, pucuk batang atas dibiarkan tumbuh subur. Kalau pertumbuhan pucuk batang atas sudah sempurna, pangkal batang atas juga dipotong.
f)        Maka akan terjadi bibit durian yang batang bawahnya adalah tanaman biji, sedangkan batang atas dari ranting/cabang pohon durian dewasa.

2.1.3 Cangkokan
Batang durian yang dicangkok harus dipilih dari cabang tanaman yang sehat,
subur, cukup usia, pernah berbuah, memiliki susunan percabangan yang rimbun besar cabang tidak lebih besar daripada ibu jari (diameter + 2–2,5 cm), kulit masih
hijau kecoklatan. Waktu mencangkok adalah awal musim hujan  sehingga
terhindar dari kekeringan, atau pada musim kering, tetapi harus disiram secara
rutin (2 kali sehari), pagi dan sore hari. Adapun tata cara mencangkok adalah
sebagai berikut:
1. Pilih cabang durian sebesar ibu jari dan yang warna kulitnya masih hijau kecoklatan.
2. Sayap kulit cabang tersebut mengelilingi cabang sehingga kulitnya terlepas.
3. Bersihkan lendir dengan cara dikerok kemudian biarkan kering angin sampai dua hari.
4. Bagian bekas sayatan dibungkus dengan media cangkok (tanah, serabut
gambut, mos). Jika menggunakan tanah tambahkan pupuk
kandang/kompos perbandingan 1:1. Media cangkok dibungkus dengan
plastik/sabut kelapa/bahan lain, kedua ujungnya diikat agar media tidak
jatuh.
5. Sekitar 2-5 bulan, akar cangkokan akan keluar menembus pembungkus cangkokan. Jika akar sudah cukup banyak, cangkokan bisa dipotong dan ditanam di keranjang persemaian berisi media tanah yang subur.
2.1.3 Teknik Penyemaian dan Pemeliharaan
Bibit durian sebaiknya tidak ditanam langsung di lapangan, tetapi disemaikan terlebih dahulu ditempat persemaian. Biji durian yang sudah dibersihkan dari daging buah dikering-anginkan sampai kering tidak ada air yang menempel. Biji dikecambahkan dahulu sebelum ditanam di persemaian atau langsung ditanam di polibag. Caranya biji dideder di plastik/anyaman bambu/kotak, dengan media tanah dan pasir perbandingan 1:1 yang diaduk merata. Ketebalan lapisan tanah sekitar 2 kali besar biji (6-8 cm), kemudian media tanam tadi disiram tetapi (tidak boleh terlalu basah), suhu media diupayakan cukup lembab (20°C-23°C). Biji ditanam dengan posisi miring tertelungkup (bagian calon akar tunggang menempel ke tanah), dan sebagian masih kelihatan di atas permukaan tanah (3/4 bagian masih harus kelihatan). Jarak antara biji satu dengan lainnya adalah 2 cm membujur dan 4-5 cm melintang. Setelah biji dibenamkan, kemudian disemprot dengan larutan fungisida, kemudian kotak sebelah atas ditutup plastik supaya kelembabannya stabil. Setelah 2-3 minggu biji akan mengeluarkan akar dengan tudung akar langsung masuk ke dalam media yang panjangnya ± 3-5 cm. Saat itu tutup plastik sudah bisa dibuka. Selanjutnya, biji-biji yang sudah besar siap dibesarkan di persemaian pembesar atau polibag.

2.1.4) Pemindahan Bibit
Bibit yang akan ditanam di lapangan sebaiknya sudah tumbuh setinggi 75- 150 cm atau berumur 7 - 9 bulan setelah diokulasi, kondisinya sehat dan pertumbuhannya bagus. Hal ini tercermin dari pertumbuhan batang yang kokoh, perakarannya banyak dan kuat, juga adanya helaian daun dekat pucuk tanaman yang telah menebal dan warnanya hijau tua.

2.2 Pengolahan Media Tanam
2.2.1 Persiapan
Penanaman durian, perlu perencanaan yang cermat. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pengukuran pH tanah, analisis tanah, penetapan waktu/jadwal tanam, pengairan, penetapan luas areal penanaman, pengaturan volume produksi.

2.2.2 Pembukaan Lahan
Pembersihan dan pengolahan lahan dilakukan beberapa minggu sebelum penanaman bibit berlangsung. Batu-batu besar, alang-alang, pokok-pokok batang pohon sisa penebangan disingkirkan. Perlu dibersihkan dari tanaman liar yang akan menganggu pertumbuhan.
2.2.3 Pembentukan Bedengan
Tanah untuk bedengan pembesaran harus dicangkul dulu sedalam 30 cm hingga menjadi gembur, kemudian dicampur dengan pasir dan kompos yang sudah jadi. Untuk ukuran bedengan lebar 1 m panjang 2 m, diberi 5 kg pasir dan 5 kg pupuk kompos. Setelah tanah, pasir dan kompos tercampur merata dan dibiarkan selama 1 minggu. Pada saat itu juga tanah disemprot Vapan/Basamid untuk mencegah serangan jamur/bakteri pembusuk jamur. Di sekeliling bedengan, perlu dibuatkan saluran untuk penampung air. Jika bedengan sudah siap, biji yang telah tumbuh akarnya tadi segera ditanam dengan jarak tanam 20 x 30 cm. Penanaman biji durian dilakukan dengan cara dibuatkan lubang tanam sebesar biji dan kedalamannya sesuai dengan panjang akar masing-masing. Setelah biji tertanam semua, bagian permukaan bedengan ditaburi pasir yang dicampur dengan tanah halus (hasil ayakan) setebal 5 cm.
2.2.4 Pengapuran
Keadaan tanah yang kurang subur, misalnya tanah podzolik (merah kuning) dan latosol (merah-coklat-kuning), yang cenderung memiliki pH 5 - 6 dan penyusunannya kurang seimbang antara kandungan pasir, liat dan debu, dapat diatasi dengan pengapuran. Sebaiknya dilakukan menjelang musim kemarau, dengan kapur pertanian yang memiliki kadar CaCO3 sampai 90%. Dua sampai 4 minggu sebelum pengapuran, sebaiknya tanah dipupuk dulu dan dilsiram 4-5 kali. Untuk mencegah kekurangan unsur Mg dalam tanah, sebaiknya dua minggu setelah pengapuran, segera ditambah dolomit.

2.3 Teknik Penanaman
2.3.1 Penentuan Pola Tanaman
Jarak tanam sangat tergantung pada jenis dan kesuburan tanah, kultivar durian, serta sistem budidaya yang diterapkan. Untuk kultivar durian berumur genjah, jarak tanam: 10 m x 10 m. Sedangkan kultivar durian berumur sedang dan dalam jarak tanam 12 m x 12 m. Intensifikasi kebun durian, terutama waktu bibit durian masih kecil (berumur kurang dari 6 tahun), dapat diupayakan dengan budidaya tumpangsari. Berbagai budidaya tumpangsari yang biasa dilakukan yakni dengan tanaman horti (lombok, tomat, terong dan tanaman pangan: padi gogo, kedelai, kacang tanah dan ubi jalar.
2.3.2 Pembuatan Lubang Tanam
Pengolahan tanah terutama dilakukan di lubang yang akan digunakan untuk menanam bibit durian. Lubang tanam dipersiapkan 1 m x 1 m x 1 m. Saat menggali lubang, tanah galian dibagi menjadi dua. Sebelah atas dikumpulkan di kiri lubang, tanah galian sebelah bawah dikumpulkan di kanan lubang. Lubang tanam dibiarkan kering terangin-angin selama ± 1 minggu, lalu lubang tanam ditutup kembali. Tanah galian bagian atas lebih dahulu dimasukkan setelah dicampur pupuk kompos 35 kg/lubang, diikuti oleh tanah bagian bawah yang telah dicampur 35 kg pupuk kandang dan 1 kg fospat.  
Untuk menghindari gangguan rayap, semut dan hama lainnya dapat dicampurkan insektisida butiran seperti Furadan 3 G. Selanjutnya lubang tanam diisi penuh sampai tampak membukit setinggi 20-30 cm dari permukaan tanah. Tanah tidak perlu dipadatkan. Penutupan lubang sebaiknya dilakukan 7-15 hari sebelum penanaman bibit.
2.3.3 Cara Penanaman
Bibit yang akan ditanam di lapangan sebaiknya tumbuh 75-150 cm, kondisinya sehat, pertumbuhan bagus, yang tercermin dari batang yang kokoh dan perakaran yang banyak serta kuat.
Lubang tanam yang tertutup tanah digali kembali dengan ukuran yang lebih  kecil, sebesar gumpalan tanah yang membungkus akar bibit durian. Setelah  lubang tersedia, dilakukan penanaman dengan cara sebagai berikut :
1.      Polybag/pembungkus bibit dilepas (sisinya digunting/diiris hati-hati)
2.      Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam sampai batas leher
3.       Lubang ditutup dengan tanah galian. Pada sisi tanaman diberi ajir agar pertumbuhan tanaman tegak ke atas sesuai arah ajir.
4.      Pangkal bibit ditutup rumput/jerami kering sebagai mulsa, lalu disiram air.
5.       Di atas bibit dapat dibangun naungan dari rumbia atau bahan lain. Naungan ini sebagai pelindung agar tanaman tidak layu atau kering  tersengat sinar matahari secara langsung

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan :
a)      Tanaman buah durian adalah salah satu bagian dari sistem kebun yang merupakan salah satu pola dari wanatani yang banyak dipraktekkan di Indonesia
b)      Persyaratan biji durian yang akan diokulasi berasal dari biji yang sehat dan tua, dari tanaman induk yang sehat dan subur
c)      Bibit durian sebaiknya tidak ditanam langsung di lapangan, tetapi disemaikan terlebih dahulu ditempat persemaian
d)      Jarak tanam durian tergantung pada jenis dan kesuburan tanah, kultivar durian, serta sistem budidaya yang diterapkan
3.2 Saran
Untuk meningkatkan pemahaman tentang budidaya durian secara vegetatif kita sebagai mahasiswa-mahasiswi Universitas Almuslim haruslah lebih banyak mempelajari dan membaca buku-buku yang dapat menambah wawasan kita tentang buah durian khususnya dan buah-buahan yang lain secara umum.

http://www.scribd.com/doc/2445077/Pembiakan-Durian


Tidak ada komentar: