Minggu, 30 Januari 2011

pengujian madu tradisional

Metode sederhana untuk mendeteksi pemalsuaan madu tanpa harus melakukan pengujian secara kimia adalah dengan mencicipi madu secara langsung. Rasa manis madu palsu terasa lebih lengket di lidah, sementara madu asli mempunyai rasa manis bercampur asam dengan rasa yang khas. Pemalsuaan madu dapat juga dideteksi dengan melihat kekentalannya (viskositas) maupun kelarutan madu pada air dingin. Metode kelarutan ini di gunakan untuk mendeteksi pemalsuaan madu sederhana dengan penambahan salah satu komponen madu.
Dalam rangka usaha mencegah pemalsuaan madu dengan air gula maka semua madu harus diuji dulu kandungan sukrosanya. Pengujian kadar sukrosa dilakukan karena sebagian besar pemalsuaan madu seperti penambahan gula sederhana atau gula bit, dapat menigkatkan kandungan sukrosa madu mencapai lebih dari 8 %. Tingginya kadar sukrosa akibat penambahan atau pencampuran tersebut akan menurunkan kualitas madu yang dihasilkan, di samping itu Indonesia melalui SNI telah mensyaratkan kadar sukrosa madu harus dibawah 5 %. Pengujian HMF juga dilakukan mengingat penambahan gula-gula invert dapat meningkatkan nilai HMF, disamping itu pemanasan yang berlebihan juga akan mengakibatkan nilai HMF madu meningkat. Pemanasan ini biasanya dilakukan untuk mengurangi kadar air.
Masyarakat Indonesia pada umumnya telah mengenal berbagai macam cara konvensional untuk menguji keasliaan madu yang dilakukan secara sederhana antara lain : uji bakar, uji koagulasi, uji rembes, uji kristalisasi, dan uji larut. Uji bakar dilakukan dengan cara mencelupkan pentul korek api ke dalam madu kemudian menggesekkannya ke bidang geseknya. Apabila korek api menyala maka madu tersebut dianggap asli. Uji rembes dilakukan dengan cara nmeneteskan madu di atas kertas koran jika terjadi perembesan maka madu terwsebut di anggap palsu dan sebaliknya. Uji Koagulasi dilakukan dengan cara mencampurkan madu dengan kuning telur, jika terjadi koagulat (gumpalan) maka madu yang diuji dianggap asli dan sebaliknya. uji kristalisasi dilakukan dengan cara meletakan madu di dalam lemari es, jika terjadi pengkristalan maka madu tersebut dianggap palsu, karena madu asli dianggap tidak mengkristal. Dari berbagai cara konvensional diatas tetaplah dengan cara uji laboratorium yang paling baik untuk menguji keasliaan madu. Karena dengan uji lab biasanya madu asli akan mengandung enzim diastase dan enzim invertase sedangkan dalam madu palsu tidak ada enzimnya.
 
http://aagumay.wordpress.com/2009/02/21/madu-pramuka-cara-pengujian-keaslian-madu/

Tidak ada komentar: